Saya
ingin menceritakan pengalaman saya yang bagi saya pengalaman ini sangat asik
buat dibaca dan bisa menjadi sedikit percikan api untuk menjadi pribadi yang
lebih baik. Ketika itu HMPS Pendidikan Matematika mengadakan kegiatan bakti sosial
di SD Timbulharjo Sleman, Yogyakarta. Isi bakti sosial sendiri yaitu mengajar
anak-anak kelas 2, 3, 4, dan 5. Nah, posisi saya di kegiatan bakti sosial ini
yaitu sebagai panitia kegiatan dan koordinator untuk mengajar kelas 3.
23
Maret 2016, merupakan pengalaman pertama saya mengajar siswa SD tetapi saya
tidak sendirian. Saya ditemanin para pengajar yang lain. Ketika kami memulai
kegiatan dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya sebagai koordinator
memperkenalkan diri terlebih dahulu.
“Selamat
pagi adik-adik !” sapa saya.
“Selamat
pagi !” jawab mereka dengan semangat.
“Perkenalkan
nama saya Mateas Handy Wicaksono. Kalian bisa manggil mas Handy.” Kata saya.
“Haa...
mas Mandi.” celetuk seorang anak laki-laki. Nama anak itu adalah Panji.
Lantas
anak-anak yang lain pun juga memanggil saya mas Mandi. Awalnya saya bingung
tetapi melihat mereka tertawa dengan nama tersebut, saya tidak mempermasalahkannya.
Setelah saya memperkenalkan diri, kemudian dilanjutkan perkenalan diri dari
pengajar yang lainnya.
Kegiatan
pada hari pertama bakti sosial, berjalan abstrak. Kenapa abstrak? Karena sulit
untuk dijelasin. Anak-anak sangat hyperaktif sehingga sulit untuk diatur. Banyak
yang memberontak untuk belajar. Namun, ketika setelah diberikan soal mereka pun
bisa diatur dan mereka semua mau mengerjakannya. Saat itu, saya membantu anak
kembar yang luar biasa. Namanya adalah Doni dan Dani. Sampai sekarang saya
belum bisa membedakan keduanya. Tetapi dalam belajar si Doni lebih tekun untuk
belajar walaupun dia memiliki keterbatasan dalam menulis dan membaca. Semangat
dari Doni itulah yang membuat saya sangat terkesan dan kagum dengannya. Saya
memutuskan untuk selalu membantunya dalam mengerjakan soal-soal khsusnya soal
matematika dengan kemampuan saya yang terbatas.
Hari
kedua bakti sosial. Pada hari kedua bakti sosial “sedikit” berjalan lebih baik
daripada hari pertama. Anak-anak mulai bisa dikendalikan dengan baik. Walau
masih ada beberapa anak yang asik dengan mainannya baik Yoyo, congklak dan
sebagainya( ini sekolah atau toko mainan). Saya tidak marah dengan tingkah laku
mereka, tetapi saya merasa bahagia melihat mereka bisa tertawa bahagia
melakukan yang mereka sukai. Ketika itu saya duduk bersama Panji. Awalnya dia
sangat semangat, tetapi lama-kelamaan dia kelihatan mulai lemas.
“Kamu
kenapa Nji?” tanya saya.
“Aku
haus mas.”jawabnya.
“Ada
minum gak? Kalo ada. minum aja gak apa-apa.” kata saya.
Dia
pun mulai mencari air minum. Setelah minum, dia kembali bersemangat untuk
belajar. Selain itu ada seorang anak perempuan, yang membuat menarik perhatian
saya. Karena saya perhatikan mulai dari hari pertama baksos dan hari kedua ini
dia selalu nangis. Lantas saya datang untuk menghampirinya. Saat saya bertanya
“kenapa dia menangis?” Dia tidak menjawabnya. Saya bertanya berulang kali,
tetapi saja dia tidak menjawabnya. Saya pun melanjutkan untuk mengajar
anak-anak yang lain. Untungnya kegiatan bakti sosial hari kedua ini berjalan
dengan lancar, tidak seperti pada hari pertama yang suasana seperti “neraka di
dalam bumi”.
Hari
ketiga bakti sosial. Hari ketiga baksos ini saya tidak mengikutinya dikarenakan
saya mengikuti kegiatan week and moral di
Syantikara. Selama kegiatan saya memikirkan apa yang akan dilakukan para
pemberontak tersebut tanpa kehadiran saya. Tetapi ya sudahlah, saya tetap yakin
pasti semangat mereka untuk belajar sangat tinggi.
Hari
keempat bakti sosial. Pada hari keempat ini, saya datang ke sekolah lebih awal
daripada rombongan yang lain. Kedatangan saya langsung disambut tawa dari
mereka. Khususnya anak-anak perempuan yang lanngsung mengait dan menarik saya.
Di kelas 3 ini ada yang membuat saya tertarik, yaitu adanya sebuah “geng” di
dalam kelas. Ada beberapa geng laki-laki dan geng permpuan. Pada geng
laki-laki, ada berisi sekumpulan anak-anak yang “luar biasa”. Geng tersebut
dipimpin oleh big boss (badannya
besar) Naufal dan beranggotakan si kembar, Panji dan beberapa anak laki-laki
yang lain (saya lupa namanya). Geng ini sangat unik, mereka membuat keributan
ketika big boss mulai
memerintahkannya. Nah, pada hari keempat ada kejadian yang luar biasa. Ketika itu
saat pembelajaran dimulai, terdengar suara seseorang seperti orang yang
menggunakan “toa di unjuk rasa” meneriakan supaya nonton film. Duarr seperti
pasukan perang yang lain juga ikut meneriakan film.
“Film
!!! Film.. Film.. Film....!!!” teriak mereka satu kelas.
“Sttt.....
tolong diam anak-anak.” Jawabku.
“Film..
film.. film.. film!!” teriak mereka lagi.
Setelah
saya lihat-lihat ternyata biang keladinya adalah si Panji. Kemudian saya pun
langsung mendekatinya.
“Nji..
sekarang waktunya belajar bukan nonton film” kata saya.
“Enggak
mau. Kemarin katanya udah janji nonton film.” balasnya.
“Lah
siapa yang janjiin nonton film? Mas kan gak ada janji.” tanya saya.
“Itu
ada mas yang item keriting.” jawabnya.
“Mana
orangnya?” tanya saya lagi.
Dia
pulang langsung keluar dan mencari orang tersebut. Ternyata orangnya adalah
kakak tingkatku. Saya pun secara tidak langsung merasa kecewa karena tidak
selayaknya anak-anak diberi janji yang tidak dipertanggungjawabkan. Hampir 1
jam mereka berteriak meminta film. Disitu saya sudah mulai gigit jari untuk
menghadapi mereka. Saya akhirnya datang kepada wali kelas mereka untuk membantu
menertibkan mereka. Akhirnya mereka pun bisa tenang setelah wali kelas mereka
masuk ke kelas. Akhirnya kegiatan bakti sosial pada hari tersebut bisa
berjalan, walaupun waktunya cuma tinggal 20 menit. Sebelum pulang mereka
meminta pertemuan berikutnya untuk diputarin film. Luar biasanya mereka
mengancam apabila tidak diputarin film mereka memilih untuk pulang. Saya pun
hanya bisa tersenyum dan menggaruk-garuk kepala meng-iya-kan permintaan mereka.
Pada hari tersebut sungguh membuat hanya “stres” karena tingkah laku mereka.
Tetapi dari sini saya belajar bahwa kita tidak boleh membuat janji dengan
begitu saja tanpa bisa mempertanggungjawabkannya. Ucapan mudah untuk dilakukan
tetapi perbuatan sulit untuk dilakukan.
Hari
kelima bakti sosial merupakan hari penutupan baksos. Dalam acara penutup ini
disampaikan pesan dan kesan dari perwakilan pengajar dan siswa. Saya pun
mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pesan dan kesan saya. Saya mendapatkan
pengalaman yang luarbiasa. Kita sebagai calon pendidik haruslah mengenal murid
kita baik sehingga kita bisa membuat sebuah pembelajaran yang membuat mereka
nyaman dan senang. Apalagi untuk guru SD, harus mampu membentuk mindset serta
kepribadian anak secara baik dan benar. Jangan sampai ada hal-hal negatif yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian mereka. Terimakasih untuk tawa kalian
“Sang Pemberontak Kecil” yang memberikan sesuatu yang bisa membuat saya untuk
menjadi lebih baik.